Gejala Depresi yang Paling Umum Muncul, Baik Secara Fisik dan Psikis

Setiap orang bisa mengalami depresi. Diperkirakan satu dari lima orang di dunia dapat mengalami kondisi ini pada tahap tertentu dalam hidup mereka. Meski begitu, keparahan dan gejala depresi yang muncul mungkin berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain.
Lantas, apa saja tanda dan gejala depresi yang paling umum dan harus diwaspadai? Yuk, simak berbagai informasi tentang depresi dalam artikel berikut.

Jenis-jenis depresi

Depresi adalah gangguan suasana hati yang serius. Kondisi ini memengaruhi bagaimana Anda merasa, berpikir, dan berperilaku dalam jangka panjang.
Sebelum membahas gejala depresi lebih lanjut, pahami dulu berbagai jenis depresi berikut ini.

1. Depresi klinis

Disebut juga dengan major depression atau depresi berat. Orang dengan kondisi ini biasanya mengalami gejala depresi yang konstan dan berlangsung lama, setidaknya sekitar enam bulan. Gejala yang dialami bisa dalam tingkat yang ringan hingga parah.
Sering kali kondisi ini bersifat kambuhan. Namun, dalam kasus tertentu, seseorang bisa saja mengalaminya hanya satu kali dalam seumur hidupnya.

2. Depresi psikosis

Kondisi ini terjadi ketika seseorang mengalami depresi yang dibarengi waham. Maka selain mengalami perubahan suasana hati secara drastis, pengidapnya juga mungkin kesulitan untuk membedakan mana realita dan ilusi. Misalnya, Anda merasa melihat atau mendengar hal-hal yang orang lain tidak alami.

3. Dysthmia

Dysthmia atau juga persistent depressive disorder adalah bentuk lain dari depresi kronis. Gejala depresi jenis ini cenderung ringan. Meski begitu, gejala yang dialami bertahan setidaknya dua tahun.
Banyak orang tak menyadari mengalami kondisi ini karena terbiasa berpikir bahwa perubahan suasana hati yang mereka rasakan merupakan bagian dari “jati dirinya”.

4. Postpartum depression

Kondisi ini biasanya terjadi setelah melahirkan, tapi jauh lebih serius daripada baby blues. Pasalnya, gejala yang ditimbulkan lebih intens dan berlansung lama.
Perasaan sedih dan cemas yang berlebihan setelah melahirkan memengaruhi kemampuan wanita dalam mengurus bayi dan dirinya sendiri.

5. Seasonal affective disorder (SAD)

Kondisi ini disebut juga sebagai depresi musiman. Gejala yang Anda alami mungkin hanya akan timbul dalam waktu-waktu tertentu, misalnya ketika musim dingin dan musim panas.
Para ahli menyakini bahwa SAD disebabkan karena gangguan pada ritme sirkadian tubuh. Kondisi ini lebih mungkin dialami oleh orang-orang yang tinggal belahan bumi bagian utara atau selatan.

6. Gangguan bipolar

Bipolar disorder adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan pergantian suasana hati secara ekstrem.
periode suasana hati yang meningkat secara abnormal. Kondisi ini dikenal sebagai “mania”. Sebagian besar dari mereka yang menderita penyakit bipolar juga memiliki episode depresi berat.
Siklus ini dapat menyebabkan perilaku impulsif, hiperaktif, dan bicara cepat.

Tanda dan gejala depresi

 

Depresi ditandai dengan memburuknya suasana hati yang menetap selama berminggu-minggu atau lebih dari 6 bulan berturut-turut.
Ada beberapa gejala yang tumpang tindih antara stres dan depresi, seperti sulit berkonsentrasi, tidak bersemangat, dan kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya selalu Anda nikmati. Namun, umumnya gejala depresi lebih terasa melelahkan dan bisa sampai menghambat aktivitas sehari-hari penderitanya.
Agar lebih jelas, berikut beberapa tanda dan gejala depresi yang paling khas dan perlu Anda waspadai:

Gejala psikologis

  • Mood memburuk secara drastis.
  • Merasa sedih terus-menerus.
  • Merasa nelangsa, alias terus menerus putus asa.
  • Merasa tidak berharga dan tidak berdaya; merasa seperti pecundang.
  • Hilang motivasi dan minat
  • Sering menangis tersedu-sedu.
  • Terus-terusan diselimuti perasana bersalah.
  • Merasa kesal, gampang tersulut emosi, dan tidak toleran terhadap orang lain.
  • Sulit membuat keputusan.
  • Tidak bisa merasakan kebahagiaan atau kesenangan sedikit pun dari situasi dan kejadian yang positif.
  • Selalu merasa cemas atau khawatir.
  • Berpikir untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri.

Gejala fisik

  • Bergerak atau berbicara lebih lambat dari biasanya.
  • Perubahan nafsu makan; bisa lebih sedikit dan lebih jarang, atau lebih banyak dan lebih sering.
  • Perubahan berat badan. Umumnya menurun drastis, tetapi kadang-kadang juga bisa meningkat.
  • Sembelit.
  • Sakit dan nyeri tubuh yang tidak bisa dijelaskan.
  • Tampak lemas, lesu, tidak berenergi atau selalu kelelahan.
  • Gairah seks menurun atau bahkan hilang sama sekali.
  • Menstruasi jadi tidak teratur.
  • Muncul masalah tidur, seperti sulit tidur nyenyak, sering terbangun tengah malam, atau bangun pagi-pagi sekali.

Gejala sosial

  • Tidak bisa bekerja atau beraktivitas seperti biasa; fokus mudah pecah atau teralihkan.
  • Menutup diri; menghindari bersosialisasi dengan teman dan keluarga.
  • Mengabaikan atau membenci hobi dan kegiatan yang sebelumnya sangat disukai.
  • Sulit berinteraksi di rumah dan lingkungan kerja, bahkan sangat rentan menghadapi masalah dengan orang sekitar.
Berbagai gejala yang sudah disebutkan di atas bisa dikatakan sebagai depresi bila berlangsung setidaknya dua minggu atau lebih. Meski begitu, mungkin masih banyak tanda dan gejala depresi lainnya yang tidak disebutkan di atas.
Jika Anda khawatir atau curiga akan gejala tertentu, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter/psikolog/psikiater/terapis terpercaya. Ingat, gangguan mental bisa dialami oleh siapa saja. Nah, langkah paling pertama untuk mencapai penyembuhan adalah menyadari bahwa Anda memang sakit atau mengalami hal tersebut.
Jadi, jangan malu untuk melakukan konsultasi ke dokter atau psikolog terkait gangguan mental yang sedang Anda alami.

Beda gejala depresi, stres, dan gangguan kecemasan

Setiap orang pasti pernah mengalami stres. Pemicunya pun beragam, bisa karena urusan deadline kerjaan yang terus menumpuk, konflik pribadi dengan keluarga atau pasangan, bahkan masalah sepele karena jalanan yang macet. Semua hal-hal tersebut membuat Anda terus-terusan digelayuti rasa takut, cemas, dan waswas yang tidak pernah ada habisnya.
Jika sudah begini, Anda harus hati-hati. Pasalnya, stres berat yang berlangsung lama dan tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan sejumlah gangguan kronis, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Banyak orang mengira kalau stres, depresi, dan gangguan kecemasan adalah hal yang sama.
Padahal, tidak begitu. Ketiganya memiliki perbedaan mendasar, dari mulai cara kerja hingga cara pengobatannya.

Stres

Stres biasanya terjadi ketika Anda mendapatkan tekanan dari dalam dan luar diri Anda. Tak melulu berdampak buruk, kondisi ini terkadang juga bisa memacu semangat Anda untuk menghadapi tantangan yang ada di depan mata. Ya, hal ini bisa terjadi karena setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menghadapi stres yang mereka alami.
Ketika Anda mengalami stres, tubuh akan membaca adanya serangan atau ancaman. Guna membentuk perlindungan, tubuh akan memproduksi berbagai hormon dan senyawa kimia. Akibatnya, Anda akan merasakan adanya dorongan energi sehingga Anda bisa merespon sumber tekanan secara efektif.
Apabila stres muncul di saat yang tidak tepat, darah akan mengalir ke bagian-bagian tubuh yang berguna untuk merespon secara fisik seperti kaki dan tangan sehingga fungsi otak menurun. Hal inilah yang menyebabkan Anda sulit berpikir jernih saat diserang stres.

Depresi

Nah, lain halnya ketika Anda mengalami depresi. Kondisi ini sebenarnya merupakan penyakit mental yang memengaruhi bagaimana seseorang merasa, berpikir, dan berperilaku. Ketika ada suatu hal yang memicu Anda mengalami stres kemudian berlanjut menjadi kesedihan yang berlarut dalam waktu lama dan mengganggu aktivitas Anda sehari-hari, bisa jadi stres yang Anda alami sudah berubah menjadi depresi.
Seseorang yang mengalami kondisi ini suasana hatinya biasanya mengalami rasa sedih dan putus asa berkepanjangan. Mereka juga mengalami perubahan pada selera makan, tidur, hingga kesulitan untuk berkonsterasi dan mengambil keputusan.
Kondisi ini juga biasanya tak hanya memengaruhi diri Anda sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar Anda, seperti keluarga atau kerabat.

Kecemasan

Sementara gangguan kecemasan merupakan reaksi yang dimunculkan tubuh ketika Anda sedang mengalami stres. Pernakah Anda tiba-tiba merasa sakit perut, jantung berdebar-debar, napas terburu-buru, keluar keringat dingin, atau bolak balik buang air kecil ketika ingin menghadapi ujian atau interview kerja?
Nah, serangkaian hal tersebut merupakan beberapa tanda kalau Anda sedang mengalami stres dan/atau cemas. Ketika Anda berhasil melewati sebuah “tugas” yang sebelumnya Anda takuti, gejala tersebut perlahan akan mereda, dan Anda akan kembali dalam kondisi yang normal kembali.
Cemas akan menjadi gangguan psikologis kronis jika Anda terus-terusan dilanda ketakutan pada hal-hal yang sebenarnya tidak menimbulkan bahaya nyata. Jika sudah begini, hidup Anda akan hantui rasa gelisah dan waswas terus-terusan, bahkan setelah sebuah peristiwa tertentu sudah berhasil Anda lewati. Rasa cemas bisa berupa rasa cemas yang tidak rasional akan setiap detail dalam hidup Anda, misalnya ketika naik tangga Anda sangat cemas akan jatuh hingga muncul keringat dingin dan berdebar, padahal tangga tidak curam, lantai tidak licin, dan tidak ada hal lain yang secara rasional terpikir bisa membuat Anda jatuh.
Salah satu penampakan gejala gangguan kecemasan yang bisa diamati dengan begitu jelas adalah fobia sosial, yaitu rasa ketakutan ekstrem dalam melakukan interaksi sosial. Gangguan ini dapat memengaruhi kepercayaan diri dan harga diri seseorang, serta mengganggu hubungan dan kinerja di tempat kerja atau sekolah.

Penyebab depresi

Depresi merupakan salah satu penyakit mental yang paling sering dialami masyarakat. Sayangnya, sampai sekarang tidak diketahui secara pasti apa penyebab kondisi ini. Namun, beberapa ahli percaya bahwa kondisi ini bisa terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:

1. Faktor genetik

Sebagian besar peneliti menduga bahwa jika Anda memiliki orangtua atau saudara kandung yang mengalami kondisi ini, maka Anda berpeluang untuk mengalaminya juga.

2. Faktor biologis

Kondisi ini bisa sebabkan karena kadar senyawa kimia di otak (neurotransmitter) yang mengatur suasana hati tidak seimbang. Ketika senyawa kimia di otak tersebut kekurangan pasokan, hal ini bisa menyebabkan serangkaian gejala yang dikenal sebagai depresi klinis.

3. Jenis kelamin

Tahukah Anda bahwa wanita berisiko lebih tinggi mengalami depresi ketimbang pria? Ya, wanita diketahui dua kali lebih mudah terkena depresi karena pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama hidupnya.
Misalnya selama masa menstruasi, setelah melahirkan, dan permineopause. Sering kali risiko ini akan menurun  setelah menopause.

4. Narkoba

Penggunaan obat-obatan terlarangan dan alkohol ternyata dapat memicu gangguan ini. Bahkan, obat-obatan resep yang diberikan dokter juga bisa menyebabkan kondisi ini.
Beberapa obat resep yang terkait dengan gejala depresi termasuk statin, stimulan, antikonvulsan, kortikosteroid, beta-blocker, dan benzodiazepine.

5. Riwayat penyakit tertentu

Kondisi psikologis dan fisik Anda berkaitan erat satu sama lin. Jadi, jika Anda mengalami masalah kesehatan fisik, Anda mungkin juga akan mengalami masalah psikologis juga.
Seringnya, stres dan rasa sakit karena penyakit kronis dapat memicu depresi berat. Penyakit tertentu, seperti gangguan tiroid, penyakit Addison dan penyakit hati, juga dapat memunculkan gejala depresi.

6. Trauma masa kecil

Trauma pada masa kecil memberikan pengaruh yang besar pada kondisi psikologis seseorang ketika dewasa. Beberapa peristiwa buruk seperti pelecehan seksual, kehilangan orangtua, atau perceraian orangtua bisa memicu kondisi ini.

7. Pola makan buruk

Siapa sangka, kondisi ini ternyata juga bisa disebabkan karena Anda menjalankan pola makanan yang buruk. Contohnya, jika Anda sering mengonsumsi makanan manis.
Studi menemukan bahwa diet tinggi gula dikaitkan dengan gangguan mental ini. Asupan vitamin dan mineral yang rendah juga dapat menyebabkan kondisi ini.

8. Stres berat dan kronis

Apakah Anda merasa mendapatkan tekanan terus-terusan? Hati-hati, kondisi tersebut bisa memicu stres berat yang pada akhirnya menyebabkan depresi. Para peneliti menduga kadar hormon kortisol yang terus-terusan tinggi dapat menekan kadar serotonin dan akhirnya memicu gejala depresi.

9. Faktor lingkungan

Gangguan mental ini bisa disebabkan dari hal-hal yang ditemui sehari-hari, misalnya pekerjaan. Pekerjaan yang menumpuk, lingkungan kerja yang tidak nyaman, hingga masalah personal dengan bos atau rekan kerja bisa memicu seseorang mengalami depresi.
Tak melulu masalah pekerjaan, lingkungan di rumah atau pertemanan yang tidak mendukung juga bisa memicu kondisi ini.

10. Ditinggal orang terkasih

Adakah yang lebih menyedihkan dari ditinggal orang yang terkasih? Ya, dalam banyak kasus, duka mendalam akibat ditinggal atau bahkan dikhianati orang-orang yang Anda cintai bisa memicu gangguan mental ini.

dan untuk SITUS POKER ONLINE PALING TERPERCAYA HANYA POKERBOYA99.
hanya dengan min depo 10.000 anda bisa dapatkan kesempatan menangkan RATUSAN JUTA 
untuk kemudahan deposit kami juga menyediakan bank BCA, BRI, BNI , MANDIRI. DANAMON dan CIMB , juga tersedia juga deposit via PULSA . OVO dan GOPAY
ayo tunggu apa lagi segera daftarkan diri kamu ke POKERBOYA99.

 

 

Popular posts from this blog

10 Bahaya Mandi Malam bagi Kesehatan (No. 8 Tak Disangka)

Tips Untuk Mendapatkan Jackpot Poker Online

5 Manfaat Air Kelapa Untuk Kesehatan dan Kecantikan